Minggu, 16 Februari 2014

PTTA68-Padzterrestrial

Sebuah draft kubuka kembali.
Iya, sebuah ide yang sudah sangat berdebu untuk dituangkan menjadi sebuah postingan blog.
Ditemani Ingrid Michaelson dengan Everybody-nya.
Dini hari yang indah.
Sebuah kisah indah yang sangat mengagumkan, PTTA68-Padzterrestrial.

Sumber Gambar: @dorothedina
Sering saya mendiskusikan  tentang kostum bersama dua rekan les saya, Dheru dan Idho. Orang terpaham tentang pakaian diantara kami, Dheru, menyarankan agar kami menggunakan pakaian ala Star Trek. Pencarian pakaian pun terpecahkan dan kami memesan dua buah pakaian. Beruntung stok habis. Harga cukup merogoh saku.
Bingung.
Pakaian sangat tak kuhiraukan. Masih banyak ujian tulis kala itu yang harus kutempuh untuk lolos masuk universitas.
Waktu semakin mendekat.
Ibu saya menyuruh saya me-laundry¬-kan jaket kulit milik ayah saya suatu ketika. Yap! Tercetus lah ide untuk mengenakan jaket tersebut. Entah itu style apa yang ku anut, tak apalah yang penting datang dan berkostum tidak seperti biasanya. Setelah berkonsultasi dengan Dheru, akhirnya saya yakin dengan kostum saya.
Melupakan kostum, kembali fokus ujian tulis.
UM UGM. Iya, ujian tulis milik UGM. UM UGM ini tepat dipagi hari acara PTTA68. Mulai pagi hingga sore dan PTTA68 mulai sejak petang menjelang malam.
Terbersit untuk tidak datang PTTA68. Iya, jujur saya setengah hati untuk datang di acara ini setelah keluar ruangan. Melamun dan menimbang sana-sini. Saya bimbang.

Matahari menutupi sinarnya dan akhirnya aku yakin untuk datang di acara ini. Bergegas dan mulai berangkat.
Malu. Iya, perasaan itu yang kurasakan saat pertama kali melihat gerbang acara ini. Terbersit dalam hati, “Belum dapet kuliah aja mau berpesta pora.”
Kumasuki lorong sendirian dan merasakan kehampaan. Merasakan dunia sendiri yang terus berputar dan bergerumul.
Saya teringat ada panggung yang harus saya isi. Saya bergegas dan memompa semangat. Tetap tidak berpengaruh banyak. Panggung selesai, semua kembali seperti awal.
Berjalan memutari venue. Tersenyum hambar seolah senang.
Mencoba untuk memanjakan pantat dengan kurs yang telah tersedia.
Memandang pepohonan. Menatap panggung dari kejauhan.
Terimakasih pohon taman bundar barat, kau telah menjadi saksi bisu tangis yang kupecahkan malam itu. Kecewa dengan diri sendiri.
Meregangkan badan seolah tak ada kisah sejak gerbang masuk hingga tangis pecah. Saya harus menikmati acara ini!

Dendang-dendang lagu berirama. Makanan dan minuman tersaji. Daun impian terpasang. Dan sapaan orang kudengar seperti doa yang sangat terkabul malam itu. Tak perlu mendatangi peramal, maka saya sudah mampu melihat kesuksesan-kesuksesan teman-teman saya kelak pada malam itu.
Terimakasih untuk para pengisi panggung, karena telah mampu mengisi kekosongan hatiku dan menimbulkan memori indah bersama Padmanaba68. Terimakasih untuk Padmanaba69 atas kerjasama selama ini dan terimakasih untuk Padmanaba70 atas PTTA68-nya karena mampu menghapus kesedihanku.
Sebuah kesedihan, perjuangan, dan kehebohan. PTTA68 mampu merangkumnya semua. Terimakasih!

Share: