Sabtu, 17 Desember 2016

Pertanyaan Penuh Makna Khas Ibu

"Sudah sholat belum?"


Pertanyaan pamungkas dari Ibu yang selalu ditanyakan ke aku. Sejak SD hingga kini. Mulai saat persami sampai merantau disini.

Mungkin dalam kamus beliau, gak ada pertanyaan macam:

"Udah makan?"
"Gimana sekolah?"

Terkadang aku merasa, ini aku beneran diperhatiin gak yaa? Kok gak pernah ditanyain pertanyaan lain.

Hingga suatu ketika, Mbak Lulu juga mempertanyakan hal yang sama dalam canda tawa keluarga.

Oke, berarti bukan hanya aku aja yang ditanyain kaya gitu. Aman.

-------

Kini, baru tersadar. Pertanyaan ringkas yang terus berulang itu, memiliki penuh makna.

Meskipun tak tersurat kasih sayang, tetapi makna siratan yang ada tak mampu tertampung oleh apapun di dunia ini.

Seandainya pertanyaan ini lepas, mungkin pertanyaan 'udah makan' dan 'gimana sekolah' akan terjawab 'ntar aja' dan 'ya begitulah'. Ya, karena tiang hidupku bisa jadi akan rapuh, sehingga hidup akan ikut bergoyang juga.

Terimakasih Ibu, atas pertanyaanmu yang selalu mengingatkanku. Semoga menjadi ladang amalmu kelak nantinya.

-------

Kini, pertanyaan rutin dari Ibu bertambah satu semenjak merantau.

"Uang udah habis belum?" 

HEHEHE.
Share:

Dimana Mendapatkan Kawan?

"Pak, kenapa kawan di SMA dan di kuliahan rasanya beda ya Pak?"


Ku mulai pembicaraan dengan Bapak kala itu dengan sebuah pertanyaan yang mungkin ke kanak-kanakan. Iya, pertanyaan kegundahaan yang saat itu kurasakan, sekitar 2 tahun lalu.

"Iya, emang beda."

Ku mulai berpikir dari jawaban Bapak. Kenapa Bapak menyetujui pertanyaanku?

"Kawan SMA memang untuk kawan bersenda gurau. Untuk lebih dari itu, susah."

Lanjut jawaban dari Bapak, sembari ku terus menyimaknya.

"Sedangkan kawan kuliah, akan berguna bagimu untuk kerja kelak. Maka, senda guraunya tidak sebanyak kawan SMA."

Tak ada pertanyaan lagi atas jawaban Bapak yang terakhir ini. Ku hanya berpikir dan bertanya dalam hati, apakah iya?

-------

2 tahun berlalu dan kini kusadari.

Untuk bersenda gurau secara lepas,  aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan kawan SMA. Topik yang sangat luas tanpa batas. Tetapi akan berhenti disitu saja. Itu masa lalu. Nostalgia.

Kini, semakin terfokus pikiran kami. Topik pembicaraan yang kulakukan dengan kawan kuliah tak jauh dari ekonomi dan bisnis. Sudah. Paling menyerempet ke politik. Terkadang memang membosankan, tetapi untuk mengasah pengetahuan kerja, bersama rekan kerja di masa depan, menjadi sebuah investasi baru dan cukup menjanjikan.

---------

Jadi, dimana akan mendapatkan kawan? SMA atau Kuliah? Keduanya bisa dan keduanya akan bermanfaat.

Perpustakaan FEB UI
Depok, 17 November 2016
H-14 Deadline Proposal Skripsi
Share:

Sabtu, 03 Desember 2016

Teman Ahok, Seriusan Lo?

Berhenti sejenak pada postingan temanahokofficial di Instagram.




Gue cermati, gue baca perlahan. Dan gue pertanyakan, seriusan lo?

Entah mengapa, ini bukan Teman Ahok banget deh. Bukan Teman Ahok yang gue kenal sejak militan dahulu. Meskipun gue hanya mengenalnya via dunia maya saja.

Gue cari, siapa yang sebenarnya bikin acara ini, Karena kalo lihat detailnya, acara ini cukup mewah. Ternyata yang bikin semacam organisasi atau perkumpulan bernama Kebangsaan_ID. Penasaran, gue telusuri apa organisasi ini, gue cek Instagram dan Twitter-nya (karena belum ada websitenya).

Wow! Baru kemaren November 2016, organisasi ini join dua akun itu.

Gue cari siapa ketuanya dan AHA. Setidaknya ada kaitan sedikit demi sedikit. Find yourself, guys!

Terakhir. Teman Ahok, Seriusan Lo joinan kaya gini?

Gue akhirkan disini aja deh postingan kali ini.
Share:

Aksi 212, Gusti Maafkanlah Hamba-Mu

Sekitar akhir November, aku berdiskusi dengan Ibu, Diskusi mengenai aksi 411. Posisiku saat itu berada di pihak yang masa bodoh. Argumenku, aksi 411 kental sarat politis. Sedangkan Ibu, pada posisi, inilah dimana kita akan diuji keimanannya.

Oiya, sebelumnya kami membahas mengenai aksi rush money.

Hingga pada hari Kamis, 1 Desember 2016. Aku berpikir, kemana ku harus berpihak kali ini?

Ditengah kebimbangan itu, ku menemukan tweet milik Gus Mus mengenai hasil pemikiran beliau mengenai sholat berjamaah di jalanan -- yang merupakan salah satu bagian dari aksi 212. Beliau berpendapat bahwa hal tersebut adalah bid'ah.

"San, lo besok ikutan?" tanyaku ke guru ngajiku, yang kebetulan seangkatan, jawabnya dengan ringan dan tulus, "Insyaallah." Jawaban tulus ini membuatku ragu.

Menjelang maghrib, ku panjatkan doa, kemanakah ku harus berpihak?

Ba'da maghrib, ku tamatkan surat Al-Kahfi dan kupanjatkan doa lagi untuk aksi 212 dan hasil keputusan pribadiku ini. Ku mantab untuk berpihak pada aksi 212, tetapi hanya mampu mendoakan saja.

Esoknya, hujan turun deras hingga siang hari. Media nasional mengabarkan betapa damainya aksi 212. Malam dan hari setelahnya, tidak ada berita kericuhan atas aksi 212 ini. Subhanallah.

Kuyakin atas pilihanku ini karena umat berhak memilih ketika alim ulama telah mengeluarkan hasil ijtihadnya. Tetapi, Gusti, maafkanlah hamba-Mu ini. Ku tau pilihanku ini adalah selemah-lemahnya iman, ku hanya mampu mendoakan.
Share:

Selasa, 29 November 2016

Selamat Ulang Tahun, Top!

Kawanku ini... seorang lelaki yang tak kunjung dewasa. HAHAHA. Kedewasaannya hanya bertahan dihari pertama Masa Orientasi Pelajar saat SMA, ketika dia menjadi seorang ‘pahlawan’. Terlebih ketika bertemu Naufal Nasiri, freak.

Tapi dialah seorang lelaki yang kupercaya apabila ada masalah berurusan dengan Arnest. Pertama, karena dia kawan sejati kami. Kedua, karena dia Kristen sejati pula. Ketiga, karena dia pernah punya masa-indah-yang-menjadi-kelam dengan seorang lawan jenis beda keyakinan.

Hari ini dia ulang tahun. Ulang tahun yang ke 22. Termuda diantara kami, Arnest dan Burhan.

Iya, Toper, kupanggil dirinya dengan sebutan itu.

Kini... dia masih saja labil. HAHAHA.

Sejak berpisah dengan masa-indah-yang-menjadi-kelam, kisah percintaannya tak kunjung cerah. Tebar jala kemanapun, ikan didapatkan dan dinaikkan ke sampan, tetapi lepas ketika akan kembali ke daratan.

Akan tetapi, dibalik semua ketidak-dewasaan dan kelabilannya, terdapat harapan dan loyalitas yang tinggi. Kalo disuruh memperlakukan pasangan dengan baik, mungkin aku akan kalah. Kalo disuruh beribadah sesuai agama masing-masing, Toper ini bisa jadi lebih unggul daripada aku. Apalagi kalo masalah imajinasi, Toper masih saja juara.

Masih teringat ketika jaman kami SMA, dimana aku dan Arnest dalam keadaan uang mepet dan Toper mengakui hal yang sama. Tetapi ketika sang pacar meminta martabak, dia mengeluarkan emergency money untuk membelikannya. Padahal, posisi kami di Solo. Loyalitas terhadap pasangan.

Well, buat kalian para wanita Kristen, kelahiran 1994 atau lebih muda, udah siap untuk hubungan serius, silahkan hubungi sahabat saya ini. Dia mampu menjadi pencerah dalam hidupmu. Buat yang udah keluar dari sampannya Toper, sedikit beruntung sih, tapi banyak ruginya HEHEHE.

Selamat ulang tahun, Christopher Wicaksono Adi. Semoga Allah selalu mengasihimu dalam sisa umurmu ini. Amiin.

Share:

Rabu, 16 November 2016

Ringkasan - Ustadz Salim A. Fillah Karamnya Sebuah Kapal

Untuk video lengkapnya bisa di tonton disini :)
Ini cuma ringkasan menurut versi saya (ada tambahan dan pengurangan untuk penyesuaian penulisan), apabila ada kesalahan, silahkan lihat videonya di tautan yang sudah saya berikan.
Semoga bermanfaat!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Inti ceramah

  • Cerai itu dibolehkan, kalau:
1. Salah satu pasangan jadi musyrik/pindah agama.

2. Salah satu orang melanggar komitmen besar/misi hidup sebelum pernikahan.

Contohnya:
a. Setelah perang (apa ya aku lupa), Islam dapet harta banyak. Beberapa sahabat ada yang iri sama pembagian harta, tapi setelah dikasih tau alasan-alasannya sama Rasulullah, sahabat sadar dan menerima. Nah, istri-istri Rasulullah tau kalo habis perang dan dapet banyak harta, akhirnya minta kenaikan anggaran dapur, padahal anggaran dapur udah mencukupi. Rasulullah sampe berdiam diri memikirkan hal tersebut selama sebulan, soalnya baru kelarin masalah sahabat dan sahabat mengerti kok ini istri-istri beliau malah gini. Beliau masuk ‘kotak’ nya sampe urusan ummat terbengkalai. Akhirnya setelah keluar, Rasulullah ‘mempertanyakan’ istri-istrinya mau sama aku dapet akhirat atau tinggalkan aku tapi dapet dunia. Jadi beliau menawarkan cerai. Tapi yaaa gak ada yang mau cerai.

b. Salah satu anaknya Abu Bakar Ash Shidiq, namanya Abdurahman, disuruh menceraikan istrinya. Padahal keluarga itu sangat sangat sangat sakinah dan rukun. Nah, saking sakinahnya, Abdurahman jadi susah berangkat jihad. Ibadahnya terganggu pokoknya. Pasangan melankolis banget lah. Akhirnya mereka cerai, karena udah mengganggu ibadah. Habis cerai, malah Abdurahman melamun terus kerjanya. Akhirnya dinikahkan lagi sama mantan istrinya, dengan syarat harus berevolusi.

3. Karena sosial budaya, akhirnya perceraian dapat terlaksana.

Contohnya:
a. Umar bin Khatab dulu mau melamar Ummu Kaltsum binti Abu Bakar Ash Shiddiq. Aisyah tau kalo keduanya sangat berbeda. Umar yang dari keluarga keras, disiplin, tegas dan si Ummu Kaltsum dari keluarga lemah, lembut, pemaaf. Aisyah menyarankan Umar untuk menikahi Ummu Kaltsum binti Ali bin Abi Thalib aja mendingan. Karena latar belakang keluarga yang 11:12. Akhirnya jadi pernikahan yang optimal.

b. Zaid dan Zainab. Zaid itu anak angkat kesayangan Nabi Muhammad. Zaid ini separuh hidupnya adalah budak, jadi kulitnya hitam gitu. Nah, Zainab ini putri bangsawan Quraisy. Mereka dinikahkan Rasulullah karena Rasulullah ingin kasih hadiah terbaik buat Zaid. Setelah nikah, yang ada malahan si Zaid tambah lesu mukanya. Karena semakin hari semakin hari beban sosial dari keluarga Zainab semakin kerasa ke Zaid. Terus dipandang sebelah mata. Akhirnya, Allah SWT menyuruh menceraikan Zaid dan Zainab. Lalu, Rasulullah disuruh Allah SWT untuk menikahi Zainab (sebagai contoh bahwa mantan istri dari anak angkat boleh dijadikan istri oleh sang ayah angkat).

  • Cerai itu dilarang kalo:
1. Nikah cerai cuma buat “mencicipi”. Asal nikah, terus halal “mencicipi”.

2. Hadirnya pihak-pihak ketiga yang membuat salah satunya “terlanjur nyaman”.

3. Istri tidak terima suami berpoligami. Tapi, suami yang baik akan bijak sangat bijak dalam mengambil keputusan untuk berpoligami.

Ilmu Tambahan

1. Secara fikih, pisahnya suami karena bekerja atau apapun itu maksimal 4 bulan. Karena ada kewajiban lahir batin yang harus ditunaikan. Kalo gak bisa, yaa dipikir ulang lah kerjaannya.

2. Penerapan mantan istri atau suami seorang anak angkat berbeda dengan anak kandung.

3. Puasa sunnah istri harus seijin suami, karena kalo nggak ijin, bisa-bisa sang istri ketika diajak bercampur, alasannya puasa.

4. Suami dilarang melarang istri untuk sholat berjamaah di masjid meskipun di rumah lebih utama asalkan kerjaan di rumah udah kelar.

5. Jangan merasa udah mengenal pasangan anda ketika sudah menikah, karena kalo udah merasa kenal, terus ada yang berbeda jadi gak nyaman.

6. Jangan berekspektasi kepada pasangan, karena kalo gak tercipta akan sakit. Makanya haruslah berobsesi.

7. Jadilah tempat yang lebih asyik daripada tempat bermain, agar anak lebih mengidolakan ayah bunda.

8. Kalo kedua pasangan lagi marah banget, mending pause dulu, diam, me time dulu. Jangan asal curhat sembarang ketemen-temen, apalagi curhat ke beda jenis kelamin. Inget-inget kebaikan pasangan. Udah ngapain aja ya dia selama ini. Oooh dia udah ngasih cincin, ngasih ini itu dll.

9. Bilang ke orang tua kalo anaknya curhat masalah pasangannya, tolong bela pasangannya. Soalnya kalo bela anaknya, nanti ada kubu-kubu an. Kalo ada kubu-kubu an nanti saling manas-manasin. Akhirnya cerai.

10. Situasi adalah temporer, sedangkan hubungan adalah abadi. Jadi, situasi jangan mengalahkan hubungan.
Share:

Minggu, 13 November 2016

Pulang Sang Dua, Menyatu Sang Dua

Aprillia Adisti. Seorang wanita yang kukenal sejak SMP. Kami emang gak kenal dekat, hanya dipersatukan oleh institusi pendidikan saja. Lia adalah orang yang pendiam, hingga suatu ketika kuingat dia menjadi heboh ketika kami memiliki percakapan yang cukup lama. Entah kapan percakapan itu terjadi, yang penting kesan pendiam hanya untuk orang yang tidak mengenalnya saja. Masuk SMA kami lebih terikat dengan ke-Padmanaba-an kami.

Aditya Kusuma. Biasa kupanggil Adit Koyor atau Adit Sapi. Entah dari mana datangnya panggilan itu. Dia (mungkin) merasa nyaman dengan panggilan itu karena tetap menoleh ketika kupanggil namanya. Seorang yang kaya, tetapi mau berusaha. Ku mengenal semenjak SMP pula terlebih pada saat menggarap bersama Pawitikra Revolution 2009. Tonggak keuangan ada ditangan dia, melalui link yang dia miliki. Berlanjut pada acara di SMA yang kami berjalan bersama menjadi konseptor. Dia tetap mau berusaha untuk menjadi tonggak keuangan acara 17-an kami. Berjualan hal-hal yang sangat diluar ekspektasi kami saat itu.

Mereka berdua telah berpulang untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Ku doakan semoga amal yang kau perbuat di dunia memudahkan kehidupanmu selanjutnya, Li Dit. Dosa yang ada, semoga segera terampuni. Amal jariyahmu, semoga terus mengalir padamu sampai kiamat kelak.

Satria Dhani Firmansyah. Lelaki kurus dan suka meringis ini kukenal sejak masuk SMA. Gayanya yang sangat berbeda diantara kami, membuat dirinya mencolok. Satr (baca: Sater, seperti Shutter Island), orang yang ceplas ceplos. Kalau mau informasi underground Yogyakarta, tanyalah ke dia. Ketika dulu jamannya bomber grafiti, PSIKOPAD cukup terbantu dengan informasi dari Satr. Dia adalah orang yang kocak.

Sekar Lananingrum. Teman wanitanya memanggil Bebeh, ku juga gak tau darimana panggilan ini. Sekar seorang yang ceria, terus senyum dan hanya beberapa kali ku melihat dia seperti kelelahan pada sore hari saja, sisanya terus bersemangat. Ku mengenal Sekar sejak SMA. Menggeluti kepanitiaan dalam rentang waktu yang sama. Dua hal yang masih teringat adalah suaranya yang khas dan jaket DJPD yang selalu membuatnya tenggelam.

Satr dan Sekar, mereka kini telah menyatu. Sejak SMA pun mereka sangat identik, kemana Sekar ada, Satr pun ada. Mereka pun sudah memberikan cucu bagi Bapak Ibu. Serta keponakan bagi kami para pemuda-pemudi. Hari ini, mereka mengadakan resepsi, ya 13.11.2016. Melihat Instagram keduanya saja sudah membuat diriku tersenyum senang karena ada teman kami yang sudah berkeluarga dan bahagia dengan anaknya.

Ketika Sang Dua sudah berpulang, Sang Dua lainnya menyatu. Ketika kami diliputi kesedihan karena kepulangan Sang Dua, kami terobati dengan menyatunya Sang Dua.

Tetap bahagia ya, Lia Adit! Good luck for you!

Baarakallaahu laka, wa baaraka ‘alaika, wa jama’a bainakumaa fii khaiir, Satr Sekar!





Share:

Rabu, 13 April 2016

Salut Untuk Pevita Pearce!

Satu kata untuk Pevita Pearce, salut!

Ya, dia berani mengungkapkan bahwa dirinya mengidap tumor payudara. Jumlahnya tiga sekaligus. Meskipun hal tersebut baru diungkapkan beberapa saat sebelum operasi dan setelah dua tahun disembunyikannya1) siiiih, tapi it’s okay. Tumornya Pevita Pearce (selanjutnya Pev) ini emang jinak banget. Dalam dua tahun, ketika operasi pun masih ada jaminan bahwa akan sembuh 100%2).

Ahelah cuma ngakuin sakit aja. Biasa aja kali.

Tunggu dulu, alasan saya salut sama Pev karena Pev adalah artis wanita yang masih muda dan cantik. Oke jujur aja aku gak begitu tau Pev sebelum kasus ini mencuat. Tapi, kasus tumornya adalah tumor payudara dimana itu adalah organ vital yang menurutku memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dan ketika dikatakan tumor, maka payudara tersebut akan jadi tidak menarik. Muda. Cantik. Payudara.


Bagi pengidap tumor payudara, ketika dia terdiagnosis maka kemungkinan mentalnya akan jatuh sangat besar. Tumor identik dengan kanker dan kanker identik dengan sesuatu yang tidak bisa disembuhkan dan sesuatu yang tidak bisa disembuhkan pasti akan mengakibatkan kematian. Ini momok yang sangat besar bagi kondisi mental pasien tumor. Padahal tumor masih anaknya kanker. Masih ada kemungkinan besar untuk disembuhkan. Kasus jatuhnya mental tadi dialami oleh ibu saya, beliau didiagnosis BI-RADS 33) dan mental beliau langsung jatuh. Padahal pada level tersebut masih dapat disembuhkan.

Seperti yang saya dapatkan dalam Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Edisi Semester 1 Tahun 2015 terbitan Kementrian Kesehatan RI. Dijelaskan bahwa pada tahun 2012 saja, kanker payudara sudah menempati 43,1% dari jumlah kasus baru yang berjumlah 14.067.894. Kanker payudara menjadi hal yang lumrah bagi wanita saat ini. Ketika dapat dikendalikan, maka kasus kematian dari kanker payudara ‘hanya’ 12,9% dari 8.201.575 kematian dari seluruh kemtian kanker di dunia. Hal ini membuktikan bahwa kanker payudara dapat disembuhkan dengan sangat baik.

Apa yang dilakukan Pev dapat mendorong para wanita untuk semakin sering melakukan pemeriksaan kesehatan guna mengecek adakah tanda-tanda tumor pada payudara. Karena tumor belum tentu kanker (koreksi saya kalau salah), sehingga masih dapat disembuhkan dengan mudah. Apabila sudah terdeteksi, maka akan sangat mudah diobati. Pun kalau operasi, seperti yang dilakukan Pev, maka operasinya tidak membutuhkan istirahat yang cukup lama. Sehari udah boleh pulang dari rumah sakit.
Terkadang, karena dianggap biasa saja dan paranoid akan penyakit kanker, maka ketika akan dilakukan tindakan, tumor sudah menjadi kanker dan sudah ganas. Sehingga tindakan yang dilakukan akan susah dan kemungkinan akan terlambat dalam penanganan pula. Kasus ini seperti nenek saya yang ketika akan dilakukan tindakan, ternyata kanker yang ada pada payudaranya sudah pada stadium 4. Sehingga, kondisi tubuh sudah tidak kuat juga dan Allah segera mengundang ruh beliau ke alam selanjutnya.

Terakhir, semoga Pev bisa menginspirasi para wanita lainnya untuk tetap percaya diri apabila mengidap tumor payudara. Begitu pula para lelaki yang sudah memiliki istri pun harus mendukung istrinya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Apabila ternyata benar mengidap tumor, maka teruslah motivasi sang istri untuk melakukan penyembuhan. Dukungan mental sangat dibutuhkan.

Kini, resiko kanker payudara sangat besar bagi wanita, tetapi besar kemungkinan pula untuk disembuhkan. Jaga kesehatan, sob!

Referensi:
3)      Apa itu BI-RADS? Baca disini.

Share:

Selasa, 05 April 2016

Renungan Jembatan Aborsi: Sebuah Tujuan Hidup

Jembatan Aborsi adalah sebuah sebutan jembatan penyeberangan rel kereta api yang menghubungkan antara Universitas Indonesia dan Barel. Struktur anak tangga yang tidak rata dan tidak memiliki tinggi yang sama membuat pengguna jembatan pasti merasa lelah. Sehingga, seolah-olah wanita hamil yang melewati tangga itu akan keguguran – naudzubillah – maka disebutlah jembatan aborsi.

But, why? Mengapa sebuah renungan?

Setiap hari aku melewati jembatan itu. Terdapat dua pemandangan wajib diatas jembatan. Pada sebelah kiri, kita akan melihat deretan baliho di UI. Akhir-akhir ini, baliho-baliho itu menampilkan mahasiswa UI yang ikut Model United Nations (MUN). Aku akui, itu sangat keren! Sudah 3 tahun aku melihat pergantian pemain yang mengikuti MUN. Lalu di sebelah kanan, Apartemen Taman Melati, tempat orang menengah keatas berisitirahat. Beristirahat. Pagi pergi, pulang sore atau malam.

Aku mulai bertanya kepada diri sendiri, mereka sudah sampai ke luar negeri, sudah memiliki prestasi sangat besar, sedangkan aku? Apa yang telah aku kerjakan? Mereka tidur nyenyak di apartemen yang setiap malam kupandang gemerlap lampunya. Kapan aku bisa seperti itu? Punya cukup uang untuk tidur nyenyak di apartemen semacam itu.

Mengapa aku cuma gini-gini aja?

Apa yang udah aku lakuin?

Kapan aku bisa?

Mungkin ini yang membuatku terus menggerutu. Kok dia bisa, aku gak bisa? Pun aku akhirnya merenung. Oke renungan ini cukup lama, tiga tahun aku merenung dan baru-baru ini aku menemukan jawabannya. Lalu aku kembali ke dasar dari hidup ini. Apa sih tujuan hidupku? Ya, tujuan!

Setelah berdiskusi dengan Seta, manusia keturunan seniman yang hidupnya berseni pula, aku menemukannya. Simpel. Membahagiakan keluarga. Ya, tujuan hidupku sesimpel itu. Keluargaku saat ini atau keluarga yang akan aku pimpin nantinya. Akan berakhir saat aku mati. Selesai. Kayak anak kecil banget ya tujuannya? Bukan masalah.

Karena tujuanku luas banget batasannya, maka cara mencapainya pun banyak. Aku pulang ke rumah setiap bulan, itu salah satu bentuk caraku saat ini. Aku nanti memilih kerja yang tidak lembur mati-matian itu pun salah satu caraku nantinya. Belajar Akuntansi Syariah biar tahu mana kasus halal-haram dalam transaksi, pun salah satu caraku juga.

MUN? Mungkin itu cara mereka mencapai tujuan. Siapa tau tujuan mereka memang mau menjadi orang yang dikenang oleh Indonesia. Apartemen Taman Melati? Mungkin itu juga cara mereka mencapai tujuan mereka sendiri. Siapa tau tujuan mereka adalah ingin selalu tidur nyenyak dan aman dengan cara mereka sendiri.

Aku masih ingat, dalam tiga tahun ini aku terus menggerutu. Melihat teman-teman SMA sudah melakukan banyak hal. Terlebih teman-teman selama di perkuliahan. Aku hanya duduk di kamar dan menonton tumpukan film. Setiap buka media sosial, aku semakin menyalahkan diriku. Yaudah, gak ada perkembangan. Siklusnya gitu-gitu aja.

Setelah aku menemukan tujuan hidupku, aku mulai menghargai pencapaian mereka dan pencapaian diriku sendiri. Aku bangga aku sudah pernah hidup dua tahun di Asrama UI. Aku bangga sudah menghabiskan waktu di KRL seharian hanya melihat orang bersosialisasi. Aku bangga sudah mendengarkan Prambors setiap harinya. Aku bangga bisa makan dari nasi yang kumasak sendiri. Aku bangga pernah melihat Jusuf Kalla dari kejauhan. Aku bangga pernah tersasar di Solo. Aku bangga sudah pernah keliling sebagian Jakarta menggunakan Go-Jek. Aku bangga akan hidupku.

Tapi, bukan berarti dengan tujuannku yang sesimpel itu terus aku akan terlena, "Kan tujuanku membahagiakan keluarga, gampang kan?" Nope. Buat apa menjadi kebahagiaan keluarga tapi hanya yang rata-rata saja? Aku harus tetap membuat prestasi yang gemilang.

Ketika kita sudah tau tujuan hidup, kita akan menghargai hidup kita sendiri. Kita juga tidak akan membandingkan diri kita dengan orang lain yang udah sukses. Karena jelas, tujuan setiap orang berbeda-beda maka secara otomatis cara untuk menempuhnya pun berbeda-beda pula. Jangan salah memandang pula, terkadang yang kita bandingkan adalah cara orang untuk mencapai cara-cara dia yang lain untuk menuju tujuan mereka yang sebenarnya. Jadi, lihatlah bahwa mereka sedang berusaha mencapai tujuan besar mereka masing-masing.

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
QS. Az-Zariyat ayat 56


Depok, 3 Maret 2016 | 02.55 A.M.
Besok UTS Manajemen Perpajakan & Teori Akuntansi
Share:

Senin, 21 Maret 2016

Hai Pria Cemas, Inilah Rasulullah dan Khadijah



Malam ini aku lihat postingan itu dari akun line Halal Jokes 2.0.

TAP! WHY?

Ya! Aku baru tersadar dari kesimpulan kecil yang sangat menggambarkan kondisi kebanyakan pria sekarang. Hal tersebut gak terpikir sama sekali padahal kisah pernikahan Rasulullah udah dari kecil diceritain sama Ibu dan sampai sekarang aku baca sendiri kisahnya.

Ada tiga poin penting dari hal tersebut: lebih kaya, lebih tua, dan lebih sukses. Aku bakal kasih opini satu-satu dari ketiga poin itu.

1. Lebih Kaya

Bayangkan ketika Rasulullah melamar, beliau memberikan mahar 20 ekor unta muda1) yang mana kalo dikonversikan ke sekitar tahun 2015 itu kira-kira setara sama Rp280.000.0002). Sekaya itulah Rasulullah. Ingat, umurnya 25 tahun.

WAIT.

Dimanakah Rasulullah bekerja? Di tempat Khadijah.

Siapa bosnya? Khadijah pula.

Karyawannya aja sekaya itu, gimana bossnya? Okelah aku yakin Rasulullah bukanlah karyawan biasa, sebut saja kepala badan. Seberapa kaya sih kekayaan kepala badan daripada sang boss?

Kita tarik kondisi sekarang. Apakah perbedaan kekayaanmu dan calon istrimu lebih tinggi dari kasus Rasulullah? Enggak kan? Lalu, kenapa harus cemas menikahi calon istrimu?

Sob, bayangin seberapa relanya wanita itu melepaskan segala kekayaan bersama orangtuanya dan memilih hidup dari nol bersamamu. Itu perjuangan besar bagi wanita yang butuh make up, perawatan, pakaian banyak, ini itu ini itu. Berat sob. Kita? Yaelah, cuma mikirin "Kan dia kaya, aku sederhana gimana yaa. Bisa gak yaa. Hidup kita kan selama ini beda." Habis mikirin gitu terus kalo calon istrimu ternyata gak bisa masak apa nyapu rumah terus kamu kecewa terus ganti yang lain. Aelah cemen banget sih standar pemilihan istrimu.

Mendiskusikan hal ini dengan calon istrimu boleh boleh aja. Tapi jangan sampe berpikir atau menyudutkan istrimu gak bisa ngapa-ngapain karena selama hidupnya, dia hidup nyaman. Itu menyakiti hatinya banget.

Yang kaya itu orangtuanya. Kalo dia emang kaya, dia emang butuh perlengkapan lebih daripada kita para lelaki, jadi maklumilah.

2. Lebih tua

Rasulullah ini nikah umur 25 tahun dan Khadijah saat itu umurnya 40 tahun (ada pendapat yang mengatakan 28 tahun). Rentang yang sangat tinggi bukan? Itu kayak ketika kita udah mengenal cinta monyet, terus pasanganmu baru keluar dari rahim.

Selama itu kah jarak umurmu dan calon istrimu?

Yang kita bayangin pasti kalo cewe itu ribet. Apalagi yang lebih tua, pasti merasa lebih tau – emang lebih tau sih – terus kita sebagai cowo gak mau egonya terjajah. Kita harus lebih berkuasa, lebih jago. Jadi, kita cari wanita yang lebih muda dan polos serta imut imut.

Gak salah kok mencari yang lebih muda, kalau gak salah Umar bin Khattab menyarankan hal tersebut. Tapi ingat, gak salah juga kita dapet yang lebih tua.

Bayangkan ketika ada wanita lebih tua merelakan hidupnya dibawah pimpinan lelaki yang lebih muda. Susah lho itu. Lebih susah daripada cuma melepaskan kebiasaan hidup dengan kekayaan orangtuanya. Emang wanita egonya gak tinggi? Melepaskan ego itulah yang susah. Pun juga melepaskan stigma "Alah baru anak kemaren sore" hanya untuk sang suami yang lebih muda.

Bersyukurlah kalau pasanganmu lebih tua, setidaknya kamu akan merasa tenang dalam hal pendidikan anak-anak. Karena dia jauh lebih berpengalaman. Gak usah berkeluh kesah ini itu, nikmati sajalah.

3. Lebih sukses

"Dia lulus cumlaude terus langsung dapet kerja di multinasional dan bentar lagi mau lanjut kuliah di luar negeri. Aku mah apatuh."

Minder?

Boy, kalo terus mikirin semacam hal seperti itu, kapan kamu mau beranjak. Sudahlah, dia emang pantas mendapatkan kesuksesannya kok, karena dia berusaha.

Jangan lupa, nabi kita yang paling agung, Rasulullah itu kalo ada lomba calon suami minder dan beliau ikutan, bisa jadi beliau menjadi pemenang. Karyawan dan boss. Tanah dan bumi.

Khadijah ini orang sukses banget. Saudagar kaya. Sekali transaksi jual beli ekspor impor berapa banyaknya. Dan Rasulullah cuma karyawannya, kepala badan. Apa beliau gak minder tuh pas mau ngelamar bossnya sendiri? Kalo secara dugaan-dugaan, jelas minder. "Lau sokap?". Tapi nyatanya? Rasulullah maju terus pantang mundur. Tidak cemas dab tetap menikahi Khadijah.

Apakah posisimu se-ekstrim Rasulullah? Apaan coba posisimu? Ini Rasulullah udah kasih contoh kesuksesan bukanlah yang akan kamu nikahi, tapi wanitanya. Kenapa kamu harus minder dengan segala prestasi calon istrimu?

Terus sekarang kamu berpikir, tapi aku udah ngapain aja? Apa kesuksesan yang telah kuperbuat? Boy, tak usah kau pikirkan itu. Ketika kamu berani meminang calon istrimu dengan segudang prestasinya, maka kamu telah sukses memiliki orang sukses. Apa itu gak keren?

Ingat lagi juga boy, ketika kamu mencari orang yang tidak lebih sukses daripada kamu, maka anak-anakmu bakalan kasihan. Ibunya akan susah menjadi panutan sang anak. Beda kalo istrimu orang sukses, maka anak-anak akan terinspirasi olehnya.

Dan itulah opiniku tentang tiga poin tadi. Kesemuanya udah dicontohin sama Rasulullah. Udah ditaklukkan beliau. Hanya untuk kita, para ummat beliau yang spesial. Buat apalagi kamu cemas dengan hal-hal keduniawian itu? Toh kamu meminang orangnya, bukan aksesorisnya kan?

Semoga bermanfaat sob!

Catatan:
Share:

Kamis, 17 Maret 2016

Bersyukur, Maka Ditambah

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikamt-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim : 7)

Ini tentang beberapa hari yang lalu aku sedikit mendapat yaa dikatakan kesusahan. Kesusahannya simpel, kelas pengganti yang mendadak. Rencana yang sudah kususun baik-baik menjadi bubrah. Tapi mau gimana lagi?
Kira-kira hari itu hari Jumat, 4 Maret 2016. Jadi, rencananya tanggal Kamis, 17 Maret 2016 aku pulang ke Jogja. Balik lagi ke Depok Minggu, 20 Maret 2016. Soalnya tiba-tiba terdapat kelas pengganti di hari Jumat dan Sabtu, gak tanggung-tanggung, 4 sesi! Respon aku jelas wah bingung, kalut dan banyak lah.
Akhirnya aku harus mengatur ulang jadwal kepulangan aku seminggu lebih cepat, yaitu Kamis, 10 Maret 2016. Dan taraaaaa tiket kereta Jakarta-Jogja PP udah tinggal yang mahal-mahal. Akhirnya aku memutuskan Jakarta-Semarang-Jogja dan Jogja-Bandung-Jakarta. Menerima keadaan dan bersyukur masih dapaet akses pulang.
Nah, tepat setelah pesan tiket kepulangan dan hingga hari ini, ternyata terdapat rencana Allah yang sangat super.
1.       Ada rencana Welcoming Party Social Community di hari Jumat, 18 Maret 2016 – meskipun kemungkinan besar diundur karena suatu hal – yang mana aku gak mungkin ninggalin kan.
2.       Ternyata Bapak Ibu ke Jakarta di hari Sabtu, 19 Maret 2016. Seandainya aku balik tetep tanggal 17, kan tiket kuhanguskan dan aku gak balik Jogja. Ini udah balik Jogja dan bisa ketemu Bapak Ibu lagi minggu depannya.
3.       Arnest juga ke Jakarta di hari Sabtu, 19 Maret 2016. Rencana ini sungguh ajaib. Dapet durian runtuh ketemu sama orang-orang yang diinginkan.
4.       Dapet referensi magang di konsultan bisnis langsung ke direkturnya dari dosen yang kasih kuliah pengganti mendadak. Aku kira beliau memberi referensi HRD-nya, setelah aku cek di websitenya, ternyata referensi beliau langsung ke direkturnya.
5.       Rencana kuliah pengganti Jumat Sabtu diganti jadi minggu depannya lagi. Jadi weekend ini bebas.
Terus aku teringat ayat yang udah disebutkan diatas itu. Yaa, nikmat emang banyak bentuknya. Kalau mau dapet tambahan, maka bersyukurlah. Emang sih diawal aku merespon secara normal manusia yang kesal, tapi akhirnya aku menerima keadaan dengan merubah jadwal kepulangan. Dan alhamdulillahirabbil allamin ternyata ada kejutan-kejutan lain di belakang rencana ini semua.
                Semoga menjadi berkah kita semua, amiin.
Share:

Minggu, 06 Maret 2016

#BurhanBacaBuku Anwar Abbas 'Bung Hatta dan Ekonomi Islam'


Setiap saya ke Perpustakaan FEB UI, saya melihat buku ini ditaruh spesial di dalam lemari kaca. saya pun memberanikan untuk bertanya apakah buku tersebut bisa dipinjam atau tidak dan kini saya tau alasan kenapa diletakkan di lemari kaca karena Perpustakaan FEB UI Cuma punya satu buku saja, takut hilang kalau dipinjamkan. Akhirnya setelah diperbanyak sama pustakawan, buku ini bisa dipinjam.

Sekilas, judul buku ini menarik. Bung Hatta dan Ekonomi Islam. Gagah banget judulnya menurut saya. Mungkin karena saya sedang mendalami materi Ekonomi Islam sih. Setelah saya baca-baca, kegagahan judul tersebut mulai luntur. Tambah membaca lagi, semakin hilang minat baca saya. Entah mengapa, yang saya dapati adalah ‘Bung Hatta dan Ekonomi Pancasila-nya yang Disangkut-pautkan dengan Ekonomi Islam.’ Atau mungkin ekspektasi saya salah dalam membaca buku ini.

Ada enam bagian di buku ini yaitu: (1) titik awal mengenal pemikiran Bung Hatta (2) biografi sosial politik Bung Hatta (3) falsafah dan cita-cita sosial ekonomi (4) nilai fundamental dan instrumental ekonomi (5) dinamika ekonomi dan globalisasi (6) kesimpulan. Melihat dari keenam bagian buku tersebut, entah mengapa ruh Ekonomi Islam hanya sebagai ekor saja. Jelas tidak menjadi bagian khusus di buku ini. Padahal, menurut saya, kata penghubung ‘dan’ memiliki arti kesetaraan posisi antara kata yang dihubungkan, lalu menilik kembali bahwa buku ini memiliki judul ‘Bung Hatta dan Ekonomi Islam’. Terlihat aneh.

Pada bagian awal buku, Anwar Abbas membahas tentang kehidupan Bung Hatta. Mulai dari kecil sampai meninggal. Bagian ini memakan hampir sepertiga buku ini. Entah mengapa porsi ini menurut saya terlalu banyak, sehingga pembaca bisa rancu dalam membaca buku ini. Ini biografi Bung Hatta apa ‘Bung Hatta dan Ekonomi Islam’? Bagi saya sih bukan masalah, karena saya suka membaca biografi. Tapi agak aneh aja kalau terlalu panjang.

Mulai memasuki bagian selanjutnya, mulai mengulik teori Ekonomi Pancasila-nya Bung Hatta. Teori yang tidak kapitalis dan sosisalis, tetapi tidak menolak keduanya juga. Condong ke sosialis, tetapi memperbolehkan monopoli oleh BUMN/Koperasi. Entah mengapa ada yang saya sedikit kecewakan dari buku ini. Hampir disetiap topik bahasan, setelah panjang lebar membahas masalah teori-toerinya Bung Hatta, di akhir hanya membahas yang intinya ‘Ya itu sesuai prinsip syariah.’ That’s it. Tidak menerangkan teori syariah yang ada.

Sebagai contoh saya ambil dari halaman 301 yang bertuliskan.

“Pandangan Hatta ini tentu tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam, karena dalam melihat masalah ini Hatta lebih mengedepankan masalah kemaslahatan yang lebih luas dan lebih besar agar tercipta kesejahteraan yang lebih tinggi dan merata di tengah-tengah masyarakat. Ini jelas merupakan salah satu prinsip dalam Islam.”

Satu paragraf ini adalah kesimpulan dari satu sub-topik mengenai pelaksanaan program transmigrasi yang mana terdapat sekitar 29 paragraf sebelumnya. Setelah paragraf kesimpulan tersebut, lalu ganti sub-topik. Entah mengapa saya merasa kurang puas kalau hampir keseluruhan pembahasan dalam buku ini hanya seperti itu unsur Ekonomi Islam-nya. Terasa aneh dan kurang saja.

Ada beberapa hal yang saya dapatkan dari membaca buku ini, yaitu: (1) ternyata Bung Hatta menyetujui bunga bank pada saat beliau hidup (2) Bung Hatta tidaklah sekuler, karena beliau lebih mengedepankan isi ajaran Islam daripada cover-nya belaka (3) Ekonomi Pancasila-nya Bung Hatta adalah gabungan dari kapitalisme, Islam, dan sosialisme.

Secara keseluruhan, buku ini bagus untuk membaca bagaimana kehidupan Bung Hatta dan bagaimana kiprah penemuan teori Ekonomi Pancasila-nya. Apabila untuk rujukan teori-teori Ekonomi Islam yang dilahirkan Bung Hatta atau teori secara umum, maka sangat kurang.

Terakhir, teruntuk Pak Anwar Abbas, terimakasih telah memberikan saya pengetahuan baru mengenai Bung Hatta. Semoga ini bisa menjadi amal jariyah Bapak. Mohon maaf apabila saya terdapat salah kata dalam me-review buku Bapak. Jazakumullah khairan katsiira.

Share:

Ojo Cedhak Kebo Gupak

Ojo Cedak Kebo Gupak [Jawa]
Jangan Dekat-Dekat Kerbau Kotor/Bau [Indonesia]

Saat itu saya lagi chating sama Shafa. Kita diskusi tentang kasus LGBT. Tetiba teringat akan pepatah Jawa tersebut. Akhirnya saya sadar setelah sekian lama, saya telah sesat pikir terhadap pepatah tersebut. Hingga saat itu, saya cuma dapet arti bahwa kalo berteman sama orang itu ya yang berperilaku baik orangnya, jangan sama yang berperilaku buruk, soalnya nanti bisa tertular keburukannya.

Oke, ini gak ada hubungan bahwa LGBT itu baik atau buruk. Saya tidak membahas itu.

Diskusi lebih lanjut dan akhirnya saya sadar kalau maksudnya adalah pintar-pintarlah mencari lingkungan dan beradaptasi terhadap lingkungan sosial. Bukan hanya mencari yang terbaik, tetapi beradaptasi juga. Poin utamanya itu mencari dan beradaptasi. Ketika kita sudah mencari yang maksimal, lalu barulah kita beradaptasi. Kenapa harus ada adaptasi?

Bayangkan kasusnya seperti ini, kita beli rumah baru di perumahan baru. Kita masih gak tau siapa yang mengisi rumah-rumah lain di perumahan tersebut, kita hanya tahu dimana lokasinya dan berapa petak rumah yang dipasarkan serta fasilitas-fasilitas fisik yang akan dibangun pula. Setelah sekian lama kita baru tau kalo lingkungan sosial perumahan itu kurang baik bagi tumbuh kembang anakmu kelak. Kita udah kehabisan biaya untuk membeli rumah lagi, cicilan rumah ini aja belum selesai, masa udah mau pindah lagi? Akhirnya yang bisa kita lakukan hanyalah beradaptasi.

Sebelum kita masuk ke sebuah lingkungan, jelaslah kita akan mecari informasinya seperti apa. Mau masuk kuliah, reputasi mahasiswanya gimana. Mau masuk kerja, reputasi partnernya seperti apa. Keadaan yang ada pastilah ada yang buruk, ada yang baik. Mau gimana lagi kalo udah menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Kalau kita mendekati yang baik, maka akan terkena getahnya juga, begitupun kalau kita mendekati ke yang buruk.

Maka, beradaptasilah. Beradaptasi menurut saya bukan berarti mampu mengikuti arus, tetapi mampu mengendalikan lingkungan disekitar agar mendapat yang terbaik bagi diri kita. Bunglon itu beradaptasi dengan menyamakan warna tubuhnya dengan lingkungan disekitarnya untuk berlindung dari predator dan itu hal terbaik bagi dia. Bukan berarti beradaptasi harus memiliki ‘warna’ yang sama. Kalau adaptasi kita adalah berbeda dari ‘warna’ sekitar kita, maka bukan masalah, asalkan itu yang terbaik buat diri kita sendiri. Jadi, cobalah untuk mencari lingkungan yang terbaik untukmu, kalau sudah maksimal maka beradpatasilah dengan lingkungan tersebut. Terbaik bukan hanya untuk dunia, tetapi juga akhirat.

Share:

Selasa, 16 Februari 2016

#BurhanBacaBuku Farag Farouda 'Kebenaran Yang Hilang'


Setelah sekian lama tertimbun dalam tumpukan file-file di laptop, akhirnya e-book ini terbuka kembali. Tepat setelah membaca judulnya, “Wow! Ini buku pasti isinya keren banget!” Akhirnya kubaca selembar demi selembar dan ternyata emang keren banget.

Oke, kita mulai tentang Farag Farouda. Beliau ini meninggal karena menulis buku ini. Sepertinya beliau ini pemikir yang cukup netral. Ingin melihat sesuatu tanpa batasan peraturan agama tetapi masih tetap mengikuti norma-norma agama Islam. Masih menghormati sahabat-sahabat nabi, tetap menuliskan hal-hal sopan, dan tidak hiperbola dalam menuliskan fakta.

Buku ini mengungkapkan khilafah dari sudut pandang politik. Unsur agama dikesampingkan dalam buku ini. Buku ini cukup kontroversial di tengah-tengah masyarakat Mesir saat itu yang berkecamuk karena ingin didirikannya Khilafah. Karena murni sudut pandang politik, maka jangan kaget kalau Farag Farouda ini mengungkapkan hal-hal yang sangat mengagetkan dan pengambilan kesimpulan yang tak kalah membuat kaget juga. Tapi, setelah kita baca buku ini, kita jadi lebih sadar kalau kita harus membuka wawasan luas-luas mengenai sebuah kasus meskipun itu kasus agama. Karena ternyata gak sedikit pula permainan politik atas menggunakan dalil-dalil agama yang udah ‘dipesan’ oleh penguasa.

Satu hal yang saya sukai dari buku ini dan cukup membuat saya berpikir adalah kita sering berangan-angan bahwa kita ingin hidup seperti ketika jaman kepemimpinan Rasulullah SAW atau kepemimpinan al-Khulafa’ al-Rasyidun. Kita ekspos terus menerus tentang hal-hal baik ketika jaman itu. Bagaimana cara menuntaskan ini itu dan lain sebagainya. Tetapi kita juga sering lupa bahwa kita ini generasi kesekian dari Rasulullah SAW, dimana sudah berbeda jauh sekali semangatnya. Ketika jaman al-Khulafa’ al-Rasyidun saja sudah terjadi kasus ini itu, apalagi di jaman kita yang orangnya seperti ini? Sehingga, seolah-olah hal yang utopis untuk menjadi khilafah lagi kalau kita hanya melihat kinerja kepemimpinan Rasulullah SAW dan al-Khulafa’ al-Rasyidun yang relatif sangat sebentar daripada sistem khilafah Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah yang hampir seribu tahun. Dimana pada kedua dinasti tersebut tidak sedikit penyelewengan-penyelewengan politik yang sedikit banyak mencederai khilafah itu sendiri.

Menggunakan sub-judul “Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan Dalam Sejarah Kaum Muslim” udah mengungkapkan isi dari keseluruhan buku ini. Banyak hal yang mengejutkan di dalamnya – atau akunya aja yang gak tau ya? – yang bisa kita ambil untuk pelajaran sejarah.

Salah satu yang mengejutkan adalah seperti kutipan yang kuambil dari buku ini...

“Renungkanlah jumlah kekayaan lima orang pemuka sahabat yang mempunyai nama besar dalam sejarah Islam. Mereka semua adalah sosok-sosok yang diberi kabar gembira akan memperoleh surga oleh Rasulullah, yaitu enam orang yang diwasiatkan Umar untuk dipilih menjadi penggantinya. Salah satunya adalah khalifah terpilih, yaitu Usman bin Affan. Ada juga al-Zubair bin ‘Awwam, Sa‘ad bin Abi Waqash, Thalhah bin ‘Ubaidillah, dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf, sebagaimana dikisahkan kitab al- Tabaqāt karangan Ibnu Sa‘ad Di situ dikatakan bahwa tatkala Usman terbunuh, di dalam berangkasnya terdapat 30 juta 500 ribu dirham, serta 100 ribu dinar. Semuanya dijarah dan hilang tak bersisa dalam pemberontakan yang mengakhiri hidupnya. Ia juga meninggalkan seribu ekor unta di Rabzah, dan sejumlah pemberian sedekah sekitar 200 ribu dinar untuk Beradis, Khaibar, dan Wadil Qura.”

Lalu sang penulis melakukan penarikan kesimpulan seperti ini...

“Perhatikanlah apa yang diceritakan al-Mas’udi kepada kita tentang Umar. “Ketika Umar melaksanakan haji, selama perjalanan pergi dan pulang ke Madihah, ia hanya menyedekahkan uang sekitar 16 dinar. Ia bahkan mengatakan kepada anaknya, Abdullah: ‘Kita telah berbelanja secara berlebihan dalam perjalanan ini’.” Bayangkanlah, andai 16 dinar sudah mencukupi untuk belanja Umar dan anaknya, atau pun mencukupi kebutuhan Umar sendiri untuk masa sebulan penuh, kita tentu dapat membayangkan apa yang bisa diperbuat dengan puluhan juta dinar dan kepingan emas yang dipotong dengan kapak pun akan membuat tangan melepuh.”

Ini masih berhubungan dengan  al-Khulafa’ al-Rasyidun, belum dengan dinasti kekhilafahan selanjutnya yang kalo diungkap lebih mengejutkan lagi kenyataan mengenai hal-hal yang masih disembunyikan selama ini.

Seperti yang saya ambil dari buku ini...

“ ... Bahkan, sejarah mencatat bahwa Ali bin Abi Thalib pun, seorang khalifah yang paling asketis dalam hidupnya, wafat dengan meninggalkan 4 orang istri dan 19 orang selir. Jumlah gundik-gundik ini semakin berkembang dalam sejarah imperium Islam; menjadi puluhan pada masa Umayyah, mencapai ratusan pada masa Yazid bin Abdul Malik, dan menembus angka ribuan pada masa Abbasiyah. Bilangan ini bahkan mencapai angka 4000 orang sebagaimana sudah kita singgung dalam pembahasan tentang al-Mutawakkil. Khalifah ini konon telah meniduri 4000 gundik selama seperempat abad masa kepemimpinannya. Tentu ini merupakan rekor tertinggi kepemilikan gundik yang pernah tercatatkan dalam sejarah.”

Jujur saja aku shock. Kaget. Miris. Kok bisa. Apakah mungkin meskipun kami sama-sama Islam, tetapi memiliki budaya yang berbeda dan jabatan duniawi yang berbeda sehingga untuk mencapai angka istri maupun gundik sebanyak itu aku gak kepikiran.

Mirisnya, dulu ketika tau sejarah kerajaan-kerajaan lain tentang pergundikan yang angkanya cukup fantastis pula dan aku bersyukur karena Islam tidak seperti itu, eh ternyata aku salah. Sejarah mencatat hal yang sama pula di dinasti Islam.

Adalagi kebenaran yang diungkap dalam buku ini. Ini menyangkut Dinasti Abbasiyah...

“ ... Al-Watsiq sungguh telah membuka babak baru dalam rangkaian episode sejarah kekhalifahan Islam. Ia menapaki jalannya sendiri, berbeda dengan jalur yang ditempuh para khalifah lainnya. Ia mengabadikan namanya lewat syair-syairnya. Lebih dari itu, ia memerintah selama 6 tahun dengan berpindah-pindah dari pelukan seorang pria ke pria lainnya. Agar para pembaca tidak rancu membaca soal ini dan menganggapnya salah cetak, saya perlu menuliskannya lagi. Ia memerintah selama 6 tahun dengan berpindah-pindah dari pelukan seorang pria ke pria lainnya. Ia memang punya kecenderungan seksual yang menyimpang dan mencintai sesama jenisnya.”

Al-Watsiq ini khalifah lho. Pemimpin negara Islam. Gak habis pikirlah. Ketika kita mengelu-elukan anti LGBT di saat-saat ini, tetapi ternyata ada pemimpin yang malah seperti ini.

Kesimpulannya, banyak hal yang akan membuat pembaca terpana dari membaca buku ini karena terungkapnya hal-hal yang selama ini tidak terungkap. Akan tetapi, saran saya, jangan memakan bulat-bulat informasi yang ada di buku ini, ditelaah lebih lanjut. Apakah informasi yang Farag Farouda sampaikan ini benar-benar fakta atau hanya karangan beliau sendiri. Tidak tertutup kemungkinan untuk menemukan fakta-fakta baru yang lain. Pun jangan pula langsung anti-khilafah, karena setiap pihak pasti memiliki argumennya masing-masing yang akan diperjuangkan. Tetaplah terbuka terhadap wawasan baru yang membuat kita menjadi lebih baik.

Semua kebenaran datangnya hanya dari Allah SWT semata, semoga kita selalu di dalam lindungan-Nya dan selalu ditunjukkan ke jalan yang lurus. Amiin.
Share:

Kamis, 07 Januari 2016

Kendaraan Online

#TantanganTigaPuluh #05 
#Selasa, 5 Januari 2016

“Kenapa ya Gojek bisa maju?”
“Karena emang idenya bagus banget.”
“Iyasih tapi faktor lainnya, Gojek maju soalnya digas. Kalo gak digas ya gak maju.”
“......”

Berbicara tentang kendaraan online. Hmm. Kenapa kendaraan online? Kenapa gak langsung ojek online aja? Hmm, soalnya yang dibahas gak cuma ojek.

Emang sih topik ini udah lama dibahas dan kini pemberi layanan kendaraan online juga sedang kalang kabut di divisi ojek mereka. Mungkin karena udah hampir menipis duitnya terus masyarakat kalo dinaikin tarifnya langsung pada lari gak pake ojek lagi.

Eits, tapi yang kita bahas disini bukan tentang pelayanan di dunia nyata. Tapi pelayanan mereka di onlinenya. Kita cuma melihat dari faktor gerbang mereka, yaps! Google Play! Loh kok gak iStore? Soalnya pengguna android lebih banyak dan aku gak pake iOS hahaha. Data yang dipakai itu yaa hari ini Selasa, 5 Januari 2016. So, langsung kita mulai aja.

1. GoJek


Oke, siapa sih pengguna android yang gak tau brand ini? Jelas udah terkenal di beberapa kota besar di Jogja. Akhir-akhir ini booming karena udah digandeng sama Pak Jokowi untuk lebih sukses. Nah, kalo kita lihat dari pelayanan mereka di Google Play, poin yang dicapai 4.1/5. Cukup tinggi kan? Itu yang ngasih rate udah 179.958 orang loh. Bisa jadi, bugs yang ada di aplikasinya udah semakin berkurang dari sejak awal diluncurkan.

Liat juga komentar yang ada, wah sangat bagus komentarnya. Eh, eits. Kok dikomentarnya gak ada nama orang yang ngasih komentar yaa. Hmmm. Sedikit banyak curiga nih apakah ini untuk memberikan citra masyarakat tentang aplikasi ini yak. Hmm. Bisa jadi sih. Tapi bisa jadi emang banyak orang yang setuju sama komentarnya, jadi yaa gak ada namanya.

Setidaknya dengan rate 4,1/5.0 udah cukup bagus ah.

2. GrabTaxi

Ini nih, pendatang dari negeri Jiran. Layanan yang paling gue sukai adalah GrabCar. Gilak ini layanan murah banget kalo kita naik mobil barengan 5 orang aja deh. Udah murah nyaman. TOP dah pokoknya!

GrabTaxi ini kalo di Google Play dapet rating lebih tinggi dari GoJek. Poin yang dia punya ada di angka 4.3/5.0. Sayangnya yang kasih rating masih jauh lebih sedikit daripada GoJek, baru 97.515 orang yang kasih. Padahal ini udah ada di dua negara lho. Bisa jadi emang pasar di Indonesia sangat bagus dan banyak, jadi GrabTaxi yang belum menjamah Indonesia secara kuat lebih sedikit responnya daripada GoJek yang Cuma di Indonesia aja.

Yaaaa, komentar yang ada udah kaya di GoJek aja. Gak ada namanya. Komentarnya bagus semua. Eits, ada satu komentar yang kurang puas sama layanan ini dan yang nge-reviews udah ada 15 reviewers. Ya tolonglah GrabTaxi diperbaiki aja disini, takutnya akan semakin banyak orang melihat komentar ini terus pada gak jadi pake.

Opini pribadi aja sih, aplikasinya GrabTaxi jauh lebih mudah dan responsif dari pada aplikasi GoJek yang sering banget nge-lag meskipun beberapa kali pembaruan.
Berada di poin 4.3/5.0 dan udah 5 juta kali download udah bagus banget lah yak.

3. BluJek

Mbuh iki aplikasi kendaraan macam apa. Mungkin saudaranya BluGas yak? Atau segrup sama Blue Bird? Tauk ah.

Ini kayaknya masih setengah-setengah buat ngembangin usaha ini. Poinnya aja 2.8/5.0. setengah lebih sedikit lah. Dan komentarnya yang ada ya Allah kasihan banget, jelek semua komentarnya. Downloadnya juga baru 100 ribuan dan reviewersnya baru 2.925 orang. Kan dikit banget. Jujur aja aku gak tau ini ada aplikasi ini kalo gak dikasih tau sama abang pengendara GrabBike! Publikasinya sangat kurang buat pengembangan aplikasi ini.

Yaa kalo emang mau serius yaa diseriusin yaa Blu, jangan kita-jalani-dulu-aja, ini bukan pacaran.

4. LadyJek

Menyasar pasar yang lebih spesifik, wanita! Tapi, ini aplikasi kayaknya belum menjawab kebutuhan wanita banget. Menurut gue, wanita tetap merasa nyaman kalo diboncengin lelaki yang dari ojek resmi. Soalnya udah ada SOP, jadi pengendara gak berani macem-macem. Nah, mungkin si LadyJek ini ingin membuat wanita lebih aman kalo sama wanita. Tapi, ah mbuh ah.

Setidaknya ini punya rating 3.3/5.0, lebih tinggi daripada BluJek. Lho lho tapi reviewersnya juga dikit banget, cuma 685 orang. Yaa bisa jadi kalo semakin banyak bisa semakin turun atau malah naik. Terlihat dari komentar-komentar yang ada kok buruk yaa pelayanan aplikasinya. Bisa merubah pandangan masyarakat tentang image brand ini lho.

Sounding dari aplikasi ini masih kurang bagus, apa emang aku bukan pasarnya, tapi tetep aja masih kecil banget tidak terdengar. Jadi, jangan kita-jalani-dulu-aja yaa kaya BluJek. Kalo serius yaa sok atuh diperbaiki.

5. Uber

Ini aplikasi emang udah mendunia. Lihat dari jumlah downloadnya aja udah sampe 10 juta kali download dan yakin deh di Indonesia masih tidak begitu banyak soalnya kalo bayar mesti pake kartu kredit dimana kalo di Indonesia orang yang punya kartu kredit masih orang yang berpenghasilan menengah keatas. Jadi, kalo di Indonesia jelas masih sedikit.

Enaknya layanan ini yaa kaya GrabCar nya GrabTaxi. Jauh lebih murha dari taksi dan mobilnya mobil pribadi gitu, jadi bisa dapet bagus banget dan gak ada tempelan taksinya, bisa diakuin jadi mobil kita sementara dan mobilnya bisa ganti-ganti. Hahaha. Enak kan?

Berada di 4.2/5.0 udah bagus untuk aplikasi online yang berbasis offline di seluruh dunia. Karena gak akan semudah itu mengelola yang udah di beberapa negara dan mempertahankan di atas poin 4.0 aja udah bagus.

Lihat tuh komentar-komentarnya, cuma satu komentar yang terekspos kurang baik, tapi komentarnya juga bukan komentar yang begitu penting. Jadi yaa menurutku bukan permasalahan yang begitu besar, mungkin bisa diperbaiki aja.

Share: