Setiap saya ke Perpustakaan FEB UI, saya melihat buku ini ditaruh spesial di dalam lemari kaca. saya pun memberanikan untuk bertanya apakah buku tersebut bisa dipinjam atau tidak dan kini saya tau alasan kenapa diletakkan di lemari kaca karena Perpustakaan FEB UI Cuma punya satu buku saja, takut hilang kalau dipinjamkan. Akhirnya setelah diperbanyak sama pustakawan, buku ini bisa dipinjam.
Sekilas, judul buku ini menarik. Bung Hatta dan Ekonomi Islam. Gagah banget judulnya menurut saya. Mungkin karena saya sedang mendalami materi Ekonomi Islam sih. Setelah saya baca-baca, kegagahan judul tersebut mulai luntur. Tambah membaca lagi, semakin hilang minat baca saya. Entah mengapa, yang saya dapati adalah ‘Bung Hatta dan Ekonomi Pancasila-nya yang Disangkut-pautkan dengan Ekonomi Islam.’ Atau mungkin ekspektasi saya salah dalam membaca buku ini.
Ada enam bagian di buku ini yaitu: (1) titik awal mengenal pemikiran Bung Hatta (2) biografi sosial politik Bung Hatta (3) falsafah dan cita-cita sosial ekonomi (4) nilai fundamental dan instrumental ekonomi (5) dinamika ekonomi dan globalisasi (6) kesimpulan. Melihat dari keenam bagian buku tersebut, entah mengapa ruh Ekonomi Islam hanya sebagai ekor saja. Jelas tidak menjadi bagian khusus di buku ini. Padahal, menurut saya, kata penghubung ‘dan’ memiliki arti kesetaraan posisi antara kata yang dihubungkan, lalu menilik kembali bahwa buku ini memiliki judul ‘Bung Hatta dan Ekonomi Islam’. Terlihat aneh.
Pada bagian awal buku, Anwar Abbas membahas tentang kehidupan Bung Hatta. Mulai dari kecil sampai meninggal. Bagian ini memakan hampir sepertiga buku ini. Entah mengapa porsi ini menurut saya terlalu banyak, sehingga pembaca bisa rancu dalam membaca buku ini. Ini biografi Bung Hatta apa ‘Bung Hatta dan Ekonomi Islam’? Bagi saya sih bukan masalah, karena saya suka membaca biografi. Tapi agak aneh aja kalau terlalu panjang.
Mulai memasuki bagian selanjutnya, mulai mengulik teori Ekonomi Pancasila-nya Bung Hatta. Teori yang tidak kapitalis dan sosisalis, tetapi tidak menolak keduanya juga. Condong ke sosialis, tetapi memperbolehkan monopoli oleh BUMN/Koperasi. Entah mengapa ada yang saya sedikit kecewakan dari buku ini. Hampir disetiap topik bahasan, setelah panjang lebar membahas masalah teori-toerinya Bung Hatta, di akhir hanya membahas yang intinya ‘Ya itu sesuai prinsip syariah.’ That’s it. Tidak menerangkan teori syariah yang ada.
Sebagai contoh saya ambil dari halaman 301 yang bertuliskan.
“Pandangan Hatta ini tentu tidaklah bertentangan dengan ajaran Islam, karena dalam melihat masalah ini Hatta lebih mengedepankan masalah kemaslahatan yang lebih luas dan lebih besar agar tercipta kesejahteraan yang lebih tinggi dan merata di tengah-tengah masyarakat. Ini jelas merupakan salah satu prinsip dalam Islam.”
Satu paragraf ini adalah kesimpulan dari satu sub-topik mengenai pelaksanaan program transmigrasi yang mana terdapat sekitar 29 paragraf sebelumnya. Setelah paragraf kesimpulan tersebut, lalu ganti sub-topik. Entah mengapa saya merasa kurang puas kalau hampir keseluruhan pembahasan dalam buku ini hanya seperti itu unsur Ekonomi Islam-nya. Terasa aneh dan kurang saja.
Ada beberapa hal yang saya dapatkan dari membaca buku ini, yaitu: (1) ternyata Bung Hatta menyetujui bunga bank pada saat beliau hidup (2) Bung Hatta tidaklah sekuler, karena beliau lebih mengedepankan isi ajaran Islam daripada cover-nya belaka (3) Ekonomi Pancasila-nya Bung Hatta adalah gabungan dari kapitalisme, Islam, dan sosialisme.
Secara keseluruhan, buku ini bagus untuk membaca bagaimana kehidupan Bung Hatta dan bagaimana kiprah penemuan teori Ekonomi Pancasila-nya. Apabila untuk rujukan teori-teori Ekonomi Islam yang dilahirkan Bung Hatta atau teori secara umum, maka sangat kurang.
Terakhir, teruntuk Pak Anwar Abbas, terimakasih telah memberikan saya pengetahuan baru mengenai Bung Hatta. Semoga ini bisa menjadi amal jariyah Bapak. Mohon maaf apabila saya terdapat salah kata dalam me-review buku Bapak. Jazakumullah khairan katsiira.
jadi apa benar buku ini menjelaskan tentang pendapat bung hatta mengenai bunga bank? lalu jika memang membahas bunga bank terletak pada halaman berapa pemikiran tersebut dan memakan berapa halaman?
BalasHapus