Aprillia Adisti. Seorang wanita yang kukenal sejak SMP. Kami emang gak kenal dekat, hanya dipersatukan oleh institusi pendidikan saja. Lia adalah orang yang pendiam, hingga suatu ketika kuingat dia menjadi heboh ketika kami memiliki percakapan yang cukup lama. Entah kapan percakapan itu terjadi, yang penting kesan pendiam hanya untuk orang yang tidak mengenalnya saja. Masuk SMA kami lebih terikat dengan ke-Padmanaba-an kami.
Aditya Kusuma. Biasa kupanggil Adit Koyor atau Adit Sapi. Entah dari mana datangnya panggilan itu. Dia (mungkin) merasa nyaman dengan panggilan itu karena tetap menoleh ketika kupanggil namanya. Seorang yang kaya, tetapi mau berusaha. Ku mengenal semenjak SMP pula terlebih pada saat menggarap bersama Pawitikra Revolution 2009. Tonggak keuangan ada ditangan dia, melalui link yang dia miliki. Berlanjut pada acara di SMA yang kami berjalan bersama menjadi konseptor. Dia tetap mau berusaha untuk menjadi tonggak keuangan acara 17-an kami. Berjualan hal-hal yang sangat diluar ekspektasi kami saat itu.
Mereka berdua telah berpulang untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Ku doakan semoga amal yang kau perbuat di dunia memudahkan kehidupanmu selanjutnya, Li Dit. Dosa yang ada, semoga segera terampuni. Amal jariyahmu, semoga terus mengalir padamu sampai kiamat kelak.
Satria Dhani Firmansyah. Lelaki kurus dan suka meringis ini kukenal sejak masuk SMA. Gayanya yang sangat berbeda diantara kami, membuat dirinya mencolok. Satr (baca: Sater, seperti Shutter Island), orang yang ceplas ceplos. Kalau mau informasi underground Yogyakarta, tanyalah ke dia. Ketika dulu jamannya bomber grafiti, PSIKOPAD cukup terbantu dengan informasi dari Satr. Dia adalah orang yang kocak.
Sekar Lananingrum. Teman wanitanya memanggil Bebeh, ku juga gak tau darimana panggilan ini. Sekar seorang yang ceria, terus senyum dan hanya beberapa kali ku melihat dia seperti kelelahan pada sore hari saja, sisanya terus bersemangat. Ku mengenal Sekar sejak SMA. Menggeluti kepanitiaan dalam rentang waktu yang sama. Dua hal yang masih teringat adalah suaranya yang khas dan jaket DJPD yang selalu membuatnya tenggelam.
Satr dan Sekar, mereka kini telah menyatu. Sejak SMA pun mereka sangat identik, kemana Sekar ada, Satr pun ada. Mereka pun sudah memberikan cucu bagi Bapak Ibu. Serta keponakan bagi kami para pemuda-pemudi. Hari ini, mereka mengadakan resepsi, ya 13.11.2016. Melihat Instagram keduanya saja sudah membuat diriku tersenyum senang karena ada teman kami yang sudah berkeluarga dan bahagia dengan anaknya.
Ketika Sang Dua sudah berpulang, Sang Dua lainnya menyatu. Ketika kami diliputi kesedihan karena kepulangan Sang Dua, kami terobati dengan menyatunya Sang Dua.
Tetap bahagia ya, Lia Adit! Good luck for you!
Baarakallaahu laka, wa baaraka ‘alaika, wa jama’a bainakumaa fii khaiir, Satr Sekar!
0 komentar:
Posting Komentar