Jalan Margonda. Sebuah jalan yang menurutku adalah denyut ekonominya Depok. Setelah lepas dari Jalan Margonda, akan terlihat sangat kontras antara Depok sebagai kota penunjang dan Jakarta sebagai kota pusatnya.
Setiap pagi, kendaraan menggeber gasnya untuk meningkatkan kecepatannya ke arah Jakarta. Mungkin biar cepet sampe kantor, takut terlambat. Ngeri lagi kalo malem jam pulang kantor. Para pengendara udah kebelet istirahat di rumah, jadinya ke arah Depok pada ngebut semua.
Para penduduk di Kober yang setiap mau ke kampus mesti wajib nyebrang Jalan Margonda ini. Kalau gak berani, mending gak usah nyebrang atau nunggu orang. Menunggu pengendara kasih kesempatan nyebrang itu kayak nunggu fakta kalau bumi itu datar. Lama dan hampir mustahil.
Nah, disinilah peranan angkot! Angkot sering banget ngetem di bibir gang Barel. Karena ngetemnya berkepanjangan dan menumpuk, akhirnya memakan badan jalan. Pengendara pun harus terpaksa melambatkan kecepatannya. Imbasnya, penyeberang jalan pun akan lebih aman dan mudah untuk menyeberang. Ini sangat membantu apabila dipagi hari. Karena tidak ada pembatas balok antara jalur cepat dan lambat untuk arah Jakarta. Sedangkan untuk arah Depok, para penyeberang jalan harus lebih berhati-hati.
Yah, setidaknya angkot ada sisi baiknya. Terimakasih, kot!