Malam ini aku
lihat postingan itu dari akun line Halal Jokes 2.0.
TAP! WHY?
Ya! Aku baru
tersadar dari kesimpulan kecil yang sangat menggambarkan kondisi kebanyakan
pria sekarang. Hal tersebut gak terpikir sama sekali padahal kisah pernikahan
Rasulullah udah dari kecil diceritain sama Ibu dan sampai sekarang aku baca sendiri
kisahnya.
Ada tiga poin
penting dari hal tersebut: lebih kaya, lebih tua, dan lebih sukses. Aku bakal
kasih opini satu-satu dari ketiga poin itu.
1. Lebih Kaya
Bayangkan
ketika Rasulullah melamar, beliau memberikan mahar 20 ekor unta muda1) yang mana kalo
dikonversikan ke sekitar tahun 2015 itu kira-kira
setara sama Rp280.000.0002). Sekaya itulah
Rasulullah. Ingat, umurnya 25 tahun.
WAIT.
Dimanakah Rasulullah
bekerja? Di tempat Khadijah.
Siapa bosnya?
Khadijah pula.
Karyawannya aja
sekaya itu, gimana bossnya? Okelah aku yakin Rasulullah bukanlah karyawan
biasa, sebut saja kepala badan. Seberapa kaya sih kekayaan kepala badan daripada
sang boss?
Kita tarik
kondisi sekarang. Apakah perbedaan kekayaanmu dan calon istrimu lebih tinggi
dari kasus Rasulullah? Enggak kan? Lalu, kenapa harus cemas menikahi calon istrimu?
Sob, bayangin
seberapa relanya wanita itu melepaskan segala kekayaan bersama orangtuanya dan
memilih hidup dari nol bersamamu. Itu perjuangan besar bagi wanita yang butuh
make up, perawatan, pakaian banyak, ini itu ini itu. Berat sob. Kita? Yaelah,
cuma mikirin "Kan dia kaya, aku sederhana gimana yaa. Bisa gak yaa. Hidup
kita kan selama ini beda." Habis mikirin gitu terus kalo calon istrimu ternyata
gak bisa masak apa nyapu rumah terus kamu kecewa terus ganti yang lain. Aelah
cemen banget sih standar pemilihan istrimu.
Mendiskusikan
hal ini dengan calon istrimu boleh boleh aja. Tapi jangan sampe berpikir atau
menyudutkan istrimu gak bisa ngapa-ngapain karena selama hidupnya, dia hidup nyaman.
Itu menyakiti hatinya banget.
Yang kaya itu orangtuanya.
Kalo dia emang kaya, dia emang butuh perlengkapan lebih daripada kita para
lelaki, jadi maklumilah.
2. Lebih tua
Rasulullah ini
nikah umur 25 tahun dan Khadijah saat itu umurnya 40 tahun (ada pendapat yang
mengatakan 28 tahun). Rentang yang sangat tinggi bukan? Itu kayak ketika kita udah
mengenal cinta monyet, terus pasanganmu baru keluar dari rahim.
Selama itu kah
jarak umurmu dan calon istrimu?
Yang kita
bayangin pasti kalo cewe itu ribet. Apalagi yang lebih tua, pasti merasa lebih
tau – emang lebih tau sih – terus kita
sebagai cowo gak mau egonya terjajah. Kita harus lebih berkuasa, lebih jago.
Jadi, kita cari wanita yang lebih muda dan polos serta imut imut.
Gak salah kok
mencari yang lebih muda, kalau gak salah Umar bin Khattab menyarankan hal tersebut.
Tapi ingat, gak salah juga kita dapet yang lebih tua.
Bayangkan ketika
ada wanita lebih tua merelakan hidupnya dibawah pimpinan lelaki yang lebih
muda. Susah lho itu. Lebih susah daripada cuma melepaskan kebiasaan hidup dengan
kekayaan orangtuanya. Emang wanita egonya gak tinggi? Melepaskan ego itulah
yang susah. Pun juga melepaskan stigma "Alah baru anak kemaren sore"
hanya untuk sang suami yang lebih muda.
Bersyukurlah
kalau pasanganmu lebih tua, setidaknya kamu akan merasa tenang dalam hal pendidikan
anak-anak. Karena dia jauh lebih berpengalaman. Gak usah berkeluh kesah ini
itu, nikmati sajalah.
3. Lebih sukses
"Dia lulus
cumlaude terus langsung dapet kerja di multinasional dan bentar lagi mau lanjut
kuliah di luar negeri. Aku mah apatuh."
Minder?
Boy, kalo terus
mikirin semacam hal seperti itu, kapan kamu mau beranjak. Sudahlah, dia emang
pantas mendapatkan kesuksesannya kok, karena dia berusaha.
Jangan lupa,
nabi kita yang paling agung, Rasulullah itu kalo ada lomba calon suami minder
dan beliau ikutan, bisa jadi beliau menjadi pemenang. Karyawan dan boss. Tanah
dan bumi.
Khadijah ini
orang sukses banget. Saudagar kaya. Sekali transaksi jual beli ekspor impor
berapa banyaknya. Dan Rasulullah cuma karyawannya, kepala badan. Apa beliau gak
minder tuh pas mau ngelamar bossnya sendiri? Kalo secara dugaan-dugaan, jelas minder.
"Lau sokap?". Tapi nyatanya? Rasulullah maju terus pantang mundur.
Tidak cemas dab tetap menikahi Khadijah.
Apakah posisimu
se-ekstrim Rasulullah? Apaan coba posisimu? Ini Rasulullah udah kasih contoh
kesuksesan bukanlah yang akan kamu nikahi, tapi wanitanya. Kenapa kamu harus
minder dengan segala prestasi calon istrimu?
Terus sekarang
kamu berpikir, tapi aku udah ngapain aja? Apa kesuksesan yang telah kuperbuat?
Boy, tak usah kau pikirkan itu. Ketika kamu berani meminang calon istrimu
dengan segudang prestasinya, maka kamu telah sukses memiliki orang sukses. Apa
itu gak keren?
Ingat lagi juga
boy, ketika kamu mencari orang yang tidak lebih sukses daripada kamu, maka
anak-anakmu bakalan kasihan. Ibunya akan
susah menjadi panutan sang anak. Beda kalo istrimu orang sukses, maka anak-anak
akan terinspirasi olehnya.
Dan itulah opiniku
tentang tiga poin tadi. Kesemuanya udah dicontohin sama Rasulullah. Udah
ditaklukkan beliau. Hanya untuk kita, para ummat beliau yang spesial. Buat apalagi
kamu cemas dengan hal-hal keduniawian itu? Toh kamu meminang orangnya, bukan aksesorisnya
kan?
Semoga
bermanfaat sob!
Catatan: