Minggu, 29 Juli 2012

Pemimpin Berwibawa, Pentingkah?

Apabila ada sebuah pertanyaan, "Pemimpin Berwibawa, Pentingkah?" pasti aku akan menjawab, "Penting!" Akan tetapi sebuah kewibawaan itu bukanlah hal yang terpenting dalam jiwa seorang pemimpin.

Apa yang terpenting? Dengan mengesampingkan dari sisi agama, maka yang terpenting adalah jiwa merakyat dan penuh dengan ide-ide perubahan. Oke, simpelnya saja seperti ini. Anda punya tetangga yang menjadi anggota DPR-RI. Sejelek-jeleknya DPR-RI itu diolok-olok, Anda tetap menghormati tetangga Anda itu, walaupun instansinya diolok-olok. Mengapa? Karena tetangga Anda itu sudah memiliki wibawa yang kecipratan dari jabatannya. Orang-orang akan tetap segan dengan tetangga Anda tadi. Wah, bentar-bentar, penjelasannya muter-muter ya? Gini aja deh. Anda adalah seorang murid. Ketika ditanyai oleh guru tentang sebuah laporan, pastilah Anda akan menjawab yang baik-baik aja. Karena Anda segan dengan wibawa sang guru. Jelas kah?
Berbeda ketika kita memiliki jiwa merakyat. Membaur di tengah masyarakat. Bercandaan, ngobrol sana-sini, perhatian, dan lain sebagainya. Efeknya, masyarakat pastilah akan melaporkan apa yang baik dan apa yang buruk yang sedang terjadi di masyarakat. Dari situlah sang pemimpin dapat mengambil keputusan yang tepat untuk menangani problem yang ada.
"Nanti kalo gitu, wibawa kita sebagai pemimpin jatuh dong?" Tidak! Tidak sama sekali. Apabila kita semakin dekat dengan rakyat, maka wibawa kita pasti akan lebih besar. Orang-orang akan lebih menghargai kita sebagai pemimpin yang merakyat. Loyalitas masyarakat pun akan semakin tinggi. Akan tetapi, kembali ke topik awal, kita harus tetap berjiwa merakyat. Jangan salah gunakan wibawa yang sangat besar untuk menjadikan sebuah senjata pengkhianat masyarakat. Inilah yang sangat berbahaya.
Oke, selanjutnya tentang ide-ide perubahan. Simpelnya, ini bisa terlihat dari kampanye sang pemimpin. Apakah pemimpin tersebut kampanye dengan cara yang mainstream mainstream saja? Apakah dengan sesuatu yang tidak biasa? Yap, Anda bisa menilai sendiri.
Bayangkan apabila pemimpin Anda ini seorang yang monoton saja. Rugi deh Anda milih. Kalo kita sebagai pemimpin, ambillah gebrakan perubahan agar angin segar berhembus kencang untuk rakyat kita. Benar kata pepatah, "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Pastilah sebuah gebrakan itu akan sakit, capek, dan butuh pengorbanan. Tapi, kita lihat dulu, gebrakan perubahan yang sudah direncanakan matang-matang akan membuat kita gak hanya bersenang-senang, lebih dari level itu. Percaya deh!
Banyak kok orang Indonesia yang memiliki sifat-sifat seperti ini. Mungkin, Anda adalah salah satunya. Sampai bertemu di puncak kesuksesan kita! :)

Salam, Burhanuddin Luthfi.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar