#TantanganTigaPuluh #02
#Sabtu,
2 Januari 2016
Seharian gak ngapa-ngapain. Tidur
lagi karena masih terlalu capek perjalana Depok-Serang. Terus main ke kosan
Ucup, tidur-tiduran lagi dan nonton film. Tapi setidaknya gue udah memulai
menulis target di 2016 yang kata Arnest itu udah terlambat, tapi tak apalah.
Itu akan gue bahas nanti aja.
|----|
Sore menjelang maghrib. Grup line
SOSCAMP mulai rame lagi. Karena Afina sang petualang Malaysia udah balik ke
Malaysia duluan. Kami membicarakan juga tentang foto yang tak kunjung ter-upload. Lalu tiba-tiba karena gue dan
Galih gak ada kerjaan, kami mengidekan untuk mengajak makan malam anak-anak
Malaysia yang masih di Depok. Akhirnya Galih yang ngobrol sama mereka. Akhirnya
kami memutuskan ke What’s Up. Sampai di sana, gue Galih terlambat 7 menit dan
Atiqa, Arifah sama Cahaya udah sampai duluan dan udah menjadi waiting list pula.
What’s Up ini sebuah kedai
makanan spesialis olahan Indomie. Taglinenya aja ‘The Next Level of Indomie’.
Secara tempat cukup nyaman untuk berbicara keras dan tertawa sepuasnya. Ada
permainan-permainan kecil kaya Uno gitu.
Hmmm, harga. Untuk Indomie polos,
gak beda jauh sama harga warkop. Tapi untuk Indomie yang next level wow juga harganya. Kita beli 3 menu. Oseng mercon, sosis
saus thai, sama spesial what’s up. Ketika pesanan datang dan gue liat
penampakannya, dalam hati gue berkata, ‘Hmmmm, margin harga yang diambil tinggi
juga ini.’ Oseng mercon ‘cuma’ Indomie rebus kasih cabai dan daging sapi sama
kikil sapi dengan potongan-potongan yang tidak banyak juga – mending beli bakso
seharga 12ribu – kuahnya juga polosan. Untuk spesial what’s up gue gak bisa
kasih pendapat karena cuma liat dari jauh aja. Naaaah, pesanan gue itu Indomie
goreng sosis saus thai. Ini seems legit dari
dua menu yang lain. Setelah gue rasain, emang beda rasanya. Punya keunikan rasa
sendiri yang khas. Bumbu Indomienya kalah. Sayangnya, terlalu kuat bumbu di
sausnya itu, jadi malah neg diakhir.
Kalo beli resep, ini cukup worthed
dengan harganya yang kita bayarkan.
Well, untuk saat itu gue
memberikan poin 8.3/10. Melihat ide mereka dan lokasi yang enak untuk bertahan
lama tertawa lepas dan berteriak-teriak.
Tetapi, entah mengapa prediksi
gue, What’s Up susah untuk bertahan lama dengan keuntungan yang maksimum. Pun
kalau jangka panjang hanya keuntungan yang standar segitu-gitu aja. Karena ini
hanya makanan yang nge-trend sejenak.
Mudah dilupakan anak muda. 2-3 tahun lagi What’s Up harus mengganti What’s Up
dengan makanan lain, konsep lain, nama merk lain meskipun yang punya sama.
Mengingat juga di Margonda susah untuk kekal lama kalo gak ganti-ganti.
Catatan: Hanya opini pribadi, tidak bermaksud menjatuhkan What’s Up.
Pendapat gue, bakal berbeda dengan pendapat lain. Jangan jadikan referensi
utama kalo mau makan di What’s Up.
|----|
Oiya, berkenalan dengan orang
luar negeri beneran membuka wawasan kita. Meskipun itu ‘cuma’ Malaysia yang
mana tetangga terdekat Indonesia. Kita jadi tahu budaya mereka, keadaan negara
mereka, dan banyak lainnya. Arifah yang belajar diploma politik sangat tidak
suka dengan korupsinya Najib Razak yang baru-baru ini mencuat. Atiqa yang
belajar diploma akuntan pun bisa nyambung dan gue pikir untuk akuntan Indonesia
sepertinya udah siap menghadapi MEA. Lalu Cahaya yang gue lupa diploma apa dia
punya semangat yang tinggi untuk keluar dari Serawak dan mencari pengalaman di
Semenanjung. Well, terimakasih atas berbagi pengalamannya!
|----|
0 komentar:
Posting Komentar